MENGHINDARI PANTANGAN TERMASUK AJARAN ISLAM
Ada orang yang mengidap suaru penyakit dan disarankan oleh para ahlinya untuk menghindari makanan tertentu, lalu dia mengatakan, "Semuanya takdir Allah, sehat dan sakit juga demikian", lalu dia tidak menggubris nasihat sehingga menjadilah penyakitnya semakin parah. Padahal, dalam Islam, menjaga pantangan termasuk diajarkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan menghindari pantangan tidak bertentangan dengan takdir.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah صلى الله عليه وسلم makan kurma (yang belum matang) yang masih di tandannya di rumah Ummu Mundzir, lalu Ali رضي الله عنه, juga hendak mengambil kurma tersebut, kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم menegurnya, "Berhenti, wahai Ali, bukankah engkau sakit?" Lalu Ali رضي الله عنه diam, sedangkan Nabi صلى الله عليه وسلم terus makan. Lalu Ummu Mundzir merebus kurma tersebut dicampur dengan gandum, kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
يَا عَلِيُّ مِنْ هَذَا فَأَصِبْ فَإِنَّهُ أَوْفَقُ لَكَ
"Wahai Ali, makanlah ini karena ini lebih cocok buat-mu." (HR. Abu Dawud: 3855, dan dihasankan oleh al-Albani dalam al-Misykat: 3216)
Syaikh al-Albani رحمه الله mengatakan, "Diambil istinbath dari kisah/hadits ini, anjuran menghindari pantangan bagi orang sakit dan orang yang baru sembuh dari sakit."'1
Wallahu A'lam. []
________________
1. Mukhtashar asy-Syama'il al-Muhammadiyah, Imam Tirmidzi, diringkas dan ditahqiq oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, 1422 H.